Penguatan Pembauran Kebangsaan Melalui Dana Keistimewaan di Desa Wisata Kasongan


Pada hari Selasa, 24 September 2024 dan Rabu 25 September 2024 Sebuah acara bertajuk "Penguatan Pembauran Kebangsaan Dengan Dana Keistimewaan" digelar di Nangsib Keramik Kasongan Bantul. Acara ini dipimpin oleh Supriyanta, S.STP, Kepala Kesatuan Bangsa, dan menghadirkan narasumber Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) bantul Bapak Wijaya Tunggali,  Edy Iskandar, ST., M.Cs, dosen Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI) Yogyakarta, yang membawakan materi penting tentang "Etika Digital dalam Pembauran Kebangsaan."

 

Etika Digital: Pilar Penting di Era Digital
Dalam presentasinya, Edy Iskandar menjelaskan bahwa etika digital merupakan norma dan prinsip yang mengatur perilaku dalam dunia maya. "Etika digital mencakup bagaimana kita menggunakan teknologi dengan bijak, berkomunikasi secara etis, dan berinteraksi dengan sesama pengguna internet tanpa merugikan satu sama lain," jelasnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya etika digital dalam menjaga harmoni di komunitas online, terutama di tengah era digital yang semakin maju. Ia menyebutkan empat poin penting dalam etika digital:
1. Menghormati privasi: Pengguna internet harus menjaga privasi dan tidak membagikan informasi pribadi tanpa izin.
2. Menghindari perilaku merugikan: Konten yang menyinggung atau merugikan orang lain sebaiknya dihindari demi menciptakan lingkungan online yang santun.
3. Membangun kepercayaan: Etika digital berperan dalam membangun kepercayaan antar pengguna, terutama dalam transaksi dan komunikasi.
4. Mencegah kejahatan siber: Menghindari tindakan seperti peretasan, penyebaran virus, dan kejahatan online lainnya.

 

Tantangan Era Digital untuk Generasi Muda
Edy juga menyinggung tentang tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z di era digital. Ia menyebut bahwa generasi muda sering terjebak dalam dunia game yang berlebihan, yang berdampak pada kesehatan mental. Selain itu, penggunaan media sosial yang tidak bijak, seperti membagikan informasi tanpa verifikasi, juga menjadi perhatian utama.

"Generasi muda harus berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Tidak semua informasi layak untuk dibagikan. Ada tanggung jawab besar terkait toleransi, hak cipta, dan penghormatan terhadap pendapat orang lain di ruang digital," tegas Edy.

Ia juga mengingatkan tentang pentingnya menghargai hak cipta dalam dunia maya. "Jika ingin menggunakan karya orang lain, izin harus diberikan dan referensi jelas harus dicantumkan," tambahnya.

 

Menggunakan Teknologi untuk Memperkuat Kebhinnekaan
Edy menutup materinya dengan ajakan agar teknologi digital digunakan untuk memperkuat kebhinnekaan. Teknologi dapat menjadi alat pemersatu, jika digunakan secara bijak dan sesuai dengan prinsip etika digital.

 

Sesi Tanya Jawab: Implementasi Etika Digital
Dalam sesi tanya jawab, Nisa, seorang mahasiswa dari Indramayu, menanyakan bagaimana cara menyampaikan etika digital ke masyarakat. Edy menjawab bahwa penyampaian bisa dilakukan melalui forum-forum komunitas atau acara sosialisasi. "Di forum-forum, kita bisa memberikan pemahaman tentang tata cara beretika di dunia digital," jelasnya.

 

Kreasi Tanpa Batas di Nangsib Keramik Kasongan
Setelah sesi pembauran kebangsaan, acara dilanjutkan dengan materi tentang seni kerajinan keramik yang dipandu oleh Dicky Bisma Saputra. Para peserta diajak untuk memahami alat-alat yang digunakan dalam pembuatan gerabah dan mengenal sejarah Desa Wisata Kasongan, yang terkenal sebagai pusat kerajinan gerabah.

 

Pada hari kedua, para mahasiswa diajak lebih dekat mengenal budaya lokal melalui pertunjukan ketoprak yang menampilkan kisah Adipati Pringgoloyo dari masa penjajahan Belanda. Selain itu, peserta diajari cara membuat dan mewarnai gerabah dari tanah liat, memperkuat pemahaman mereka tentang kekayaan budaya lokal khususnya di Bantul Yogyakarta.

Acara ini diharapkan dapat menjadi momentum dalam memperkuat kebangsaan dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya etika digital, sambil menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal. Melalui teknologi yang bijak dan apresiasi terhadap seni tradisional, generasi muda dapat terus memperkokoh persatuan dalam keberagaman.

 

“AR”